Buat Akun DQLab & Akses Kelas Data Science Python, R, SQL, Excel GRATIS!

Kisah Nauval Direkrut Berbagai Company Berkat Portfolio Bootcamp DQLab

Belajar Data Science di Rumah 26-Juni-2025
https://dqlab.id/files/dqlab/cache/whatsapp-image-2025-06-26-at-090327-2025-07-01-120254_x_Thumbnail800.jpeg

Sahabat DQ pernah merasa karir stuck dengan latar belakang pendidikan atau pekerjaan yang gak nyambung dengan minat kamu saat ini? Kalau iya, kamu gak sendiri. Muhammad Nauval, salah satu alumni bootcamp liveclass di DQLab juga pernah merasakan hal yang sama. Lulusan administrasi bisnis dari Universitas Brawijaya ini mengawali karirnya di bidang desain, kemudian berpindah ke sales, hingga akhirnya mantap berkarier di dunia data sebagai Business Intelligence. Bukan jalur instan, tapi kisah Nauval jadi bukti bahwa dengan kemauan belajar dan strategi yang tepat, siapapun bisa melakukan career switch.


Menariknya, Nauval bukan hanya berhasil switch career, tapi juga di reachout oleh berbagai company ternama, bahkan tanpa melamar, lho! Apa rahasianya? Jawabannya ada pada portofolio data hasil dari bootcamp DQLab. Yuk, simak kisah insightful dari Nauval berikut ini!


1. Mengawali Karir di Bidang Desain, Sales, Sampai Menemukan “Aha” Moment

Siapa sangka seorang Nauval mengawali karirnya justru bukan di dunia data, bahkan jauh dari itu. Ia memulai karirnya menjadi seorang desainer, hingga menjadi sales supervisor.


“First job aku sebagai desainer, lalu berpindah ke management trainee di Sinarmas, dan lanjut sebagai sales supervisor,” ujar Nauval.


Namun, dibalik semua peran tersebut, ia menyadari satu benang merah yakni “semua keputusan strategis berlandaskan pada data.”


“Saat pegang strategi sales, aku mulai melihat pentingnya data. Dari situlah muncul ketertarikan. Akhirnya, aku belajar mandiri untuk jadi sales analyst,” jelasnya.


Pada tahun 2023 menjadi titik balik Naufal resmi menjabat sebagai Regional Sales Analyst di SKBP, sebuah peran yang membuka matanya terhadap pentingnya sistem data yang rapi dan efisien.


2. Dari Belajar Otodidak ke Bootcamp Profesional

Namun, seperti kebanyakan career switcher, Nauval menghadapi tantangan besar: tidak punya latar belakang IT. Ia memulai dari tools paling dasar seperti Excel dan Google Sheets untuk memperbaiki sistem pelaporan data di perusahaannya. Tapi bagi Nauval itu semua masih belum cukup menunjang karirnya.


“Aku sadar, untuk bikin sistem lebih baik, harus belajar coding. Awalnya aku coba DQLab dari e-learning gratisnya, belajar Python dulu,” katanya.


Dari situlah, ia tertarik untuk melangkah lebih jauh. Ia mengambil paket bundling bootcamp dari DQLab, mencakup materi Python, SQL, dan machine learning. Menurutnya bootcamp ini tidak hanya memberikan teori, tapi juga latihan langsung dalam bentuk proyek dan capstone yang bisa dijadikan portofolio profesional. Bagi Nauval, hal ini sangat penting, terutama ketika memasuki pasar kerja yang kompetitif.


“Awalnya pakai ChatGPT juga bantu belajar. Tapi akhirnya merasa perlu dasar yang lebih kuat dan ada sertifikatnya. Jadi aku ambil bootcamp-nya biar lebih terstruktur,” ungkapnya.


2. Dipromosikan di Tengah Bootcamp: Bukti Nyata Impact Belajar Terarah

Salah satu momen yang paling berkesan dalam perjalanan Nauval adalah ketika ia dipromosikan menjadi System Expert di tengah masa bootcamp yang sedang ia jalani di DQLab.


“Aku awalnya sales analyst, tapi setelah ngerti Python dan SQL, akhirnya di-promote ke posisi System Expert,” ujarnya dengan bangga.


Menariknya, penugasan tersebut datang tepat saat ia masih menempuh modul-modul bootcamp.


“Materinya cukup relevan dengan pekerjaan di lapangan. Meskipun belum semua hal teknis langsung kepake, tapi secara struktur berpikir dan alur data, semuanya nyambung.” lanjut Nauval.


Nauval juga menambahkan bahwa pembelajaran yang disusun DQLab sangat membantu ketika harus menjelaskan berbagai hal teknis kepada non-teknikal stakeholder.


“Pas interview kan yang ditanya bukan sekadar teknikal, tapi pemahaman umum. Nah, disinilah struktur materi bootcamp membantu aku menjelaskan hal teknis dalam bahasa yang bisa dipahami semua orang.” pungkasnya.


3. Dari SKBP ke ESCO Lifesciences Group: Senjata Rahasia Menarik Perhatian Headhunter

Usai menyelesaikan bootcamp dan menjalankan peran sebagai system expert, Nauval kembali melangkah maju. Kali ini bukan lewat lowongan yang ia lamar, tapi lewat headhunter yang langsung menghubungi via LinkedIn. Menariknya, ini bukan satu-satunya tawaran


“Sebenarnya aku gak apply. Aku di-reach sama headhunter dari Jakarta, lalu ditawari posisi Business Intelligence di ESCO Lifesciences Group… Aku juga sempat di-reach Unilever. Tapi akhirnya aku pilih ESCO Lifesciences Group karena perannya lebih ke arah analitik dan banyak pakai machine learning juga.” kata Nauval.


Nauval menyebutkan bahwa salah satu daya tarik utamanya di mata headhunter adalah portfolio proyek data yang ditampilkan secara publik di GitHub.


“Karena project perusahaan gak bisa dipublikasikan, aku manfaatkan capstone dari bootcamp sebagai showcase. Portfolionya sudah lengkap, dan bisa dilihat langsung hasilnya.” tambahnya.



4. Rahasia Personal Branding: Gabungkan Business Acumen dan Skill Teknikal

Lalu, bagaimana Nauval membangun branding diri di tengah persaingan profesional data yang ketat? Ia mengaku tidak menggunakan terlalu banyak platform.


“Aku cuma pakai GitHub dan LinkedIn. Tapi dua itu aku optimalkan banget,” tegasnya.


Ia menekankan bahwa portfolio bukan sekadar menuliskan ‘bisa Python’ atau ‘bisa SQL’. Tapi lebih ke bagaimana menerjemahkan masalah bisnis ke dalam solusi teknikal.


“Aku jelasin business acumen-nya dulu. Problem-nya apa. Baru aku jelasin, pakai tools apa dan metode apa untuk nyelesain itu. Jadi bukan sekadar bikin dashboard atau model ML, tapi value bisnisnya jelas.” ungkap Nauval.


Strategi ini terbukti ampuh. Dalam waktu relatif singkat, Nauval berhasil menunjukkan bahwa meskipun berasal dari latar non-IT, ia mampu menjadi kandidat kuat di bidang data. Perpaduan antara komunikasi bisnis dan keterampilan teknis menjadi kunci suksesnya.


5. Tips untuk Career Switcher: Fokus, Konsisten, dan Tahu Tujuan

Untuk kamu yang sedang mempertimbangkan beralih ke dunia data, Nauval memberikan beberapa tips sederhana namun powerful:

  1. Mulai belajar dari apa yang kamu butuhkan.

  2. Manfaatkan e-learning gratis dulu untuk memahami dasarnya sebelum berinvestasi ke bootcamp.

  3. Fokus pada portofolio untuk memastikan hasil belajar kamu bisa dijadikan bukti nyata kemampuan.

  4. Bangun personal branding dengan optimalkan GitHub dan LinkedIn, sertakan konteks bisnis dalam setiap proyek.

  5. Pahami bukan hanya tools, tapi juga logika bisnis, karena data bukan soal angka saja, tapi tentang solusi.


Cerita Nauval membuktikan bahwa siapa pun bisa menapaki jalur karier di dunia data, selama punya kemauan belajar dan keberanian untuk berubah. Dengan pendekatan pembelajaran yang terarah, platform belajar kredibel seperti DQLab, serta kepekaan terhadap kebutuhan bisnis, transisi karier bukan lagi sesuatu yang mustahil.


“Dulu aku cuma pakai Excel dan Google Sheet. Sekarang aku bisa bangun pipeline data, analisis performa bisnis, bahkan bantu proses machine learning di perusahaan. Semua itu mungkin karena aku berani mulai dari nol,” tutupnya.


Nah, untuk Sahabat DQ yang sedang ragu memulai atau stuck di karir yang itu-itu saja, jangan menyerah! Ingat bahwa setiap orang bisa jadi ahli data—asal memiliki kemauan, tahu cara belajarnya, dan tahu apa yang ingin dicapai!


Penulis: Lisya Zuliasayari


Nama Member Muhammad Nauval Daffanka
Alumni Program Bootcamp Machine Learning & AI dan Data Analyst Python SQL
Karir Business Intelligence di ESCO Lifesciences Group
Foto

https://dqlab.id/files/dqlab/cache/3df7e6ad96c98d96d05cc1bacd391b5c_x_Thumbnail300.jpg

Mulai Karier
sebagai Praktisi
Data Bersama
DQLab

Daftar sekarang dan ambil langkah
pertamamu untuk mengenal
Data Science.

Buat Akun


Atau

Sudah punya akun? Login